Jumat, 22 Maret 2019

Spesifikasi Samsung Galaxy A50 dan A30

Spesifikasi Samsung Galaxy A50 dan A30


Samsung resmi mendaratkan Galaxy A50 dan Galaxy A30 di Indonesia. Kedua ponsel digunakan Samsung untuk menyasar Generasi Z yang sering melakukan live sharing di media sosial. Ada tiga fitur utama yang dihadirkan untuk menyasar Gen Z. Tiga hal fitur ini adalah desain, kamera, dan performa. 

"Sekarang yang di share bukan konten still (diam) atau selfie lalu baru posting. Tapi sekarang pembagian konten yang live (langsung) dan real time secara cepat dan otentik. Makanya kami hadir dengan series yang dukung tren social networking sekarang," kata Head Of Product Marketing Samsung Indonesia Deny Galat saat acara peluncuran Galaxy A50 dan A30 di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (22/3).

Kedua ponsel masing-masing memiliki layar berukuran 6,4 inci dengan mengusung panel Super AMOLED. Kedua ponsel juga memiliki poni Infinity yang berbentuk hampir menyerupai huruf O. Khusus untuk Galaxy A50, Samsung membenamkan on screen fingerprint. 

"Desain ponsel ada 3D curved edges. Dan premium prism finishing. Kami hadirkan badan yang cukup tipis dengan tebal 7,7 mm," kata Product Marketing Manager Samsung Indonesia Irfan Rinaldi 

Perbedaan utama antara kedua ponsel berada pada kamera dan komponen dapur pacu.

Samsung Galaxy A50 dibekali tiga kamera utama dengan sensor 25 MP, 5 MP dan 8 MP. Sementara kamera depannya memiliki sensor 25 MP.

Di sisi lain, Samsung Galaxy A30 memiliki dua kamera utama dengan sensor 16 MP dan 5 MP. Kamera depannya memiliki sensor 16 MP.

Kedua ponsel telah dilengkapi kamera dengan lensa Ultra-Wide 123 derajat. Lensa wide ini juga bisa digunakan ketika merekam video. 

Kemudian Galaxy A50 dibekali dengan Depth Lens untuk menghasilkan efek bokeh yang bisa diatur tingkat kedalamannya. Seusai memotret, tingkat keburaman latar juga masih bisa diatur. 

Kedua ponsel juga dibekali dengan AI Camera yang berfungsi untuk mengoptimalkan gambar hingga 20 scenes. Fitur Flaw Detection juga dibenamkan di kedua ponsel. 

Menyoal dapur pacu, Galaxy A50 memiliki prosesor Exynos 9610 dengan pilihan RAM 4 dan ROM 64 GB dibanderol dengan harga Rp4,1 juta. 

Sementara itu RAM 6 GB dengan ROM 128 GB dibanderol dengan harga Rp4,9 juta. 

Galaxy A30 dibenamkan prosesor Exynos 7904 dengan RAM 4 GB serta ROM 64 GB dibanderol dengan harga Rp3,4 juta. 

A50 dan A30 memiliki baterai berkapasitas 4.000 mAh. Kedua ppnsel juga didukung 15Watt Adaptive Fast Charging yang bisa membantu pengisian daya baterai lebih cepat. 

"Gen Z dengan mobilitas tinggi yang streaming seharian atau live sharing seharian. Maka kami hadirkan All Day Battery," kata Irfan.
Share:

Kominfo Ingatkan Literasi Digital Jelang Palapa Ring Rampung

Kominfo Ingatkan Literasi Digital Jelang Palapa Ring Rampung


Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengingatkan agar pemerintah daerah (Pemda) yang dilalui pembangunan infrastruktur kabel optik Palapa Ring  gencar melakukan edukasi dan literasi digital.

Hal ini diungkapkan mengingat Palapa Ring Timur diproyeksikan rampung pada Juni 2019. Begitu infrastruktur Palapa Ring usai, seluruh kabupaten di seluruh Indonesia akan merasakan internet cepat

Rudiantara mengkhawatirkan adanya perubahan nilai budaya akibat masuknya jaringan internet kecepatan tinggi. Oleh karena itu, ia mengingatkan Dinas Sosial Pemda setempat bisa melakukan edukasi dan literasi digital.


"Jangan sampai nanti begitu internet kencang, ada cultural shock. Yang tidak biasa gunakan internet,  dia bisa dapat budaya macam-macam," ujarnya dalam konferensi pers Palapa Ring Techno Fest di Kantor Kemkominfo, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).

Lebih lanjut Rudiantara juga mengatakan akses internet ini jangan dimanfaatkan untuk menyebarkan berita hoaks.  Internet bagi Rudiantara harus dimanfaatkan untuk hal-hal positif.

"Kita manfaatkan semua ini media sosial dan lainnya tidak untuk menyebarkan hoaks. Bahkan kita harus memerangi hoaks," ucapnya.

Rudiantara mengatakan Pemda setempat juga bisa memanfaatkan internet dalam proses perekrutan pegawai.  Pasalnya rekam jejak digital seseorang terlihat jelas di media sosial.

"Jadi di pemda nanti kalau rekrut pegawai, minta akun media sosialnya. Nanti ketahuan rekam jejaknya, selama ini postingannya negatif atau positif. Tentu kita tidak ingin merekrut orang  yang sering posting hal-hal negatif," ungkapnya.
Share:

Nelayan Zaman Sekarang Cek Aplikasi Sebelum Melaut

Nelayan Zaman Sekarang Cek Aplikasi Sebelum Melaut


Yanto Ardiansyah, nelayan asal Ranai, Kepulauan Riau, sudah lebih dari 20 tahun melaut di perairan Natuna. Ia biasa melaut dengan rekan-rekan sesama nelayan sejak pukul 15.00 dan baru kembali ke darat pukul 06.00 keesokan harinya.

Bersama salah satu rekannya Erlan, Yanto kerap berpindah tempat saat melaut. Jika di Ranai sepi ikan, Yanto dan nelayan lainnya pindah ke Selat Lampa, yang bisa memakan waktu sekitar tiga jam dengan kapal mereka. Tangkapan para nelayan itu pun berganti-ganti, sesuai musim.

Salah satu kebiasaan nelayan Natuna sebelum pergi melaut adalah melihat ke arah Gunung Ranai. Kalau hari itu cerah, banyak awan di sekitar gunung, pertanda mereka bisa ke laut.

Jika tidak ada awan, artinya angin kencang, mereka memutuskan tidak melaut. Kebiasaan itu masih dilakukan hingga beberapa bulan belakangan.

Namun, para nelayan kini tak hanya mengandalkan gunung sebagai panduan melaut. Mereka kini memanfaatkan berbagai aplikasi pelayaran yang ada di ponsel mereka untuk memprediksi kapan bisa melaut. 

"Kami sekarang pakai hape (ponsel), jadi, dikasih tahu ada aplikasi," kata Erlan, saat ditemui di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa, Rabu (20/3), seperti dikutip Antara.


Sejak tiga bulan terakhir, Erlan dan rekan-rekannya sesama nelayan memanfaatkan beberapa aplikasi untuk menaksir kekuatan angin, arah dan berapa kecepatannya.

"Dikasih tahu kawan-kawan," kata Yanto, seorang nelayan lain yang juga mengembangkan kebiasaan memanfaatkan teknologi untuk menangkap ikan.

Erlan dan Yanto mencontohkan bagaimana cara menggunakan aplikasi di ponsel sebelum melaut. Mereka mengecek kecepatan dan arah angin melalui aplikasi Windy.

Jika dirasa aman, Erlan, Yanto, dan teman-temannya akan pergi berlayar seperti biasa. Sebelum pulang ke darat, mereka melihat aplikasi Fishing Point untuk memanfaatkan layanan navigasi dan arah angin.

"Kami terbantu, lebih mudah. Kalau angin kencang, tidak usah melaut," kata Erlan.

Alat bantu untuk para pelaut itu pun bertambah. Sekira seminggu belakangan, mereka diajari menggunakan aplikasi untuk nelayan bernama Laut Nusantara.


Fitur yang ingin mereka coba di aplikasi Android ini adalah peta sebaran ikan yang bisa digunakan untuk melihat titik lokasi yang berpotensi memiliki banyak hasil tangkapan.

"Jadi, kami bisa tahu bisa dapat ikan di mana," kata Yanto.

Aplikasi Laut Nusantara juga memiliki data tentang cuaca, seperti kecepatan angin, arah angin dan tinggi gelombang sehingga Yanto dan Erlan bisa memastikan apakah kondisi sudah aman untuk melaut.

Nelayan pun bisa melaporkan hasil tangkapan mereka, termasuk jenis ikan dan bobot tangkapan melalui aplikasi tersebut. Mereka juga bisa memantau perkembangan harga ikan di pasar, sehingga bisa menjual ikan dengan harga yang sesuai.

Namun, salah satu kekurangan penggunaan aplikasi ini adalah jarak penggunaan yang terbatas. Karena jika digunakan terlalu jauh ke tengah laut, maka aplikasi tak dapat digunakan karena sudah tak mendapat sinyal. Sehingga, Yanto tidak pernah ke laut melebihi jarak 10 mil karena ia akan kesulitan mendapatkan sinyal seluler.

"Saya melaut 6-7 mil biasanya. Kalau sudah 8-10 mil, sinyal tidak ada," kata dia.

Untuk itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Nilanto Perbowo berharap aplikasi ini bisa membantu lebih banyak nelayan. Ia juga berharap dibangunnya infrastruktur Palapa Ring bisa membantu warga untuk mendapat layanan internet lebih baik.

Dia berharap semua nelayan di Indonesia dapat memanfaatkan jaringan komunikasi agar bisa mengecek tinggi gelombang, angin hingga musim ikan sebelum pergi melaut.

"Dari segi keselamatan, nelayan bisa mencegah kecelakaan karena dapat informasi cuaca. Nelayan juga bisa membaca pergerakan ikan," kata Nilanto di acara sama, Palapa Techno Fest yang digelar di SKPT Selat Lampa.

Pembangunan Palapa Ring terbagi menjadi Palapa Ring Barat, Tengah, dan Timur. Pembangunan Palapa Ring Tengah telah selesai akhir tahun lalu. Sementara Palapa Ring Timur diprediksi selesai pertengahan tahun ini.

"Semuanya harus merata," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara melalui sambungan panggilan video saat acara Palapa Techno Fest yang berlangsung di Pantai Kencana, Ranai, Rabu (20/3).

Pembangunan infrastruktur tulang punggung jaringan Palapa Ring diharapkan membuat daerah memiliki akses dan tarif yang sama terhadap jaringan telekomunikasi dan internet.
Share:

Alat Deteksi Kandungan Buatan Indonesia Jajal Pasar Global

Alat Deteksi Kandungan Buatan Indonesia Jajal Pasar Global


Co-Founder dan CPO Sehati TeleCGT, Abraham Sauzan mengatakan pihaknya berencana untuk memasarkan produk TeleCGT buatan mereka ke sejumlah negara di benua Afrika dan Amerika Selatan demi menjangkau daerah-daerah terpencil guna pemenuhan alat kesehatan.

TeleCGT sendiri adalah alat mini yang digunakan untuk mendeteksi kondisi kehamilan. Alat ini digunakan untuk mendiagnosa detak dan irama jantung bayi, memonitor gerakan janin, serta mencatat kontraksi ibu hamil, serupa dengan alat Cardiotocography (CGT). Tapi, TeleCGT punya ukuran yang jauh lebih kecil dan ringan sehingga bisa dibawa ke daerah-daerah terpencil. 

"Kita akan coba masuk ke sekitar 15 negara di Afrika, kenapa? Karena kondisi geografis nya bukan kelautan tapi padang pasir ataupun hutan-hutannya yang jauh dari satu tempat ke tempat lain," ucap Abraham di kantor Sehati TeleCGT, Jakarta Selatan, Jumat (22/3).

"Juga di sana masih membutuhkan alat yang portable dan affordable karena kesehatan juga harus lebih terjangkau di sana," sambungnya.

Selain itu menurut Abraham, permasalahan kesehatan beberapa negara di Afrika serupa dengan kondisi di Indonesia, seperti tingginya angka stunting, angka kematian ibu dan anak serta akses kesehatan yang kurang baik.

Tak hanya negara di Afrika, Sehati TeleCGT juga berencana untuk memperkenalkan alat perangkat medis diagnostik ini ke negara di Amerika Latin seperti Peru dan Brazil.

Di Indonesia sendiri, TeleCGT telah digunakan di salah satu kabupaten di Kupang. Selain itu, Sehati juga akan memperkenalkan alat itu di 5 kabupaten lainnya.

"Kalau sekarang ini, karena kita baru dapat ijin bulan November kemarin jadi produksi baru bisa keluar Desember. Sekarang alat kita sudah digunakan di satu kabupaten di Kupang," kata Abraham.

"Bulan ini, kami akan mengimplementasikan TeleCGT di 5 kabupaten lainnya yaitu Lombok Timur, Timor Tengah Selatan, Bangkalan, Sumba dan Alor," sambungnya.

Guna melancarkan penggunaan alat TeleCGT itu kata Abraham, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI.

Sehati menjadi sorotan karena menciptakan inovasi alat medis diagnostik untuk ibu hamil, yang diberi nama TeleCGT. Sebetulnya, TeleCGT dibuat untuk mengembangkan CGT konvensional yang sudah ada.

Sehati ditunjuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mengikuti Festival South by Southwest (SXSW) 2019 di Austin Texas, Amerika Serikat pada 10-17 Maret lalu guna memperkenalkan alat buatan karya anak bangsa ke kancah internasional.

"Hadirnya Sehati TeleCTG di festival SXSW ini membawa misi besar, yakni menjaring mitra strategis dalam pengembanhan maupun pemasaran produk telecardiotocography berbasis portable," pungkas Abraham. 
Share:

Kamis, 21 Maret 2019

Dua Gadget Pendamping Galaxy S10 yang Bikin Sehat dan Nggak "Ansos"


Selain trio Galaxy S10, S10+, dan S10e, Samsung juga memperkenalkan dua perangkat lain yang melengkapi ekosistem Galaxy.

Masing-masing adalah arloji pintar " Galaxy Watch Active "dan earphone nirkabel "Galaxy Buds"

Galaxy Watch Active adalah penerus Galaxy Gear Sport, dengan desain lebih kekinian dan fitur kesehatan yang semakin kaya. Konstruksinya pun masih kokoh, dengan sertifikasi anti-air dan anti-debu IP68 dan 5ATM (military grade).

Arloji pintar ini bisa mendeteksi hingga 39 aktivitas, sehingga pengguna bisa melihat rekam jejak pergerakan tubuhnya dengan lebih akurat. Setiap hari, pengguna juga diingatkan untuk tak malas bergerak.

"Saat jalan cepat, lari, atau bersepeda, semuanya mampu diindentifikasi dengan tepat. Kalau sudah diam terlalu lama, Watch Active juga bakal mengingatkan pengguna untuk bergerak," kata Product Marketing Samsung Electronics Indonesia, Taufiq Furqon, Selasa (19/3/2019), dalam sesi workshop Galaxy S10 di Bursa, Turki.

Selanjutnya, Galaxy Buds yang merupakan pembaruan dari Galaxy Gear IconX juga dijanjikan mampu mengantarkan audio prima dengan teknologi AKG.

Galaxy Buds juga dilengkapi dual-microphone bersifat adaptif. Gunanya untuk memperalus peralihan dari channel audio saat berbicara ke channel audio ketika mendengarkan musik.

Yang spesial, Galaxy Buds juga dilengkapi fitur "Ambient Sound Mode". Jika diaktifkan, pengguna bisa mendengarkan lagu sembari masih memerhatikan suara sekeliling, sehingga tak jadi anti-sosial (ansos).

"Earphone biasanya terlalu kedap suara. Padahal, untuk hal-hal tertentu, penting untuk tetap menyimak suara luar," kata Taufiq Furqon.

"Misalnya ketika menunggu pengumuman kereta yang bakal masuk atau MRT," ia menambahkan.

Yang terpenting, kata Taufiq, pengguna Galaxy S10, Galaxy Watch Active, dan Galaxy Buds, bisa lebih praktis ketika sedang melancong. Tak perlu bawa banyak charger, cukup satu untuk semua.

Hal ini dimungkinkan fitur "PowerShare"pada Galaxy S10. Cukup letakkan Galaxy Watch Active dan Galaxy Buds di punggung Galaxy S10, maka perangkat-perangkat itu akan terisi dayanya.

Meski merupakan pendamping ideal dari Galaxy S10, Galaxy Watch Active dan Galaxy Buds tetap bisa digunakan bersama ponsel Samsung lainnya, bahkan perangkat android merek lain.
Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Blogger templates